SERVISITIS
Senin, 26 Desember 2011 | aini midwife
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dewasa ini kasus penyakit IMS ( Infeksi Menular Seksual ) tertinggi yaitu, infeksi bakteri vaginosis yang mencapai 80%. Sementara, lainnya sebanyak 20% adalah servicitis, condyloma dan HIV/AIDS (menurut sumber: www.wawasandigital.com). Servicitis merupakan penyakit menular seksual yang biasanya disebabkan Chlamidia trachomatis atau Ureaplasma urelyticum (pada laki-laki), tetapi kadang-kadang disebabkan oleh Trikomonas vaginalis atau virus Herpes simplek.
Jika tidak segera ditangani, penyakit ini dapat menjadi lebih parah sehingga sulit dibedakan dengan karsinoma servicitis uteri dalam tingkat permulaan. Oleh sebab sebelum dilakukan pengobatan, perlu pemeriksaan aousan menurut Papanicolaou yang jika perlu diikuti oleh biopsy, untuk kepastian tidak ada karsinoma. Oleh karena itu, penulis menyusun makalah ini dengan harapan dapat menjelaskan berbagai hal mengenai servicitis sehingga pada akhirnya pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang penyakit ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan di angkat pada makalah ini adalah apa pengertian dari Servicitis dan bagaimana asuhannya
C. Tujuan
Selain demi memenuhi tugas mata kuliah Askeb IV. Tujuannya agar :
1. Mahasiswa dapat mengerti dan menjelaskan tentang definisi servicitis
2. Mahasiswa dapat mengerti tentang patofisiologis servicitis
3. Mahasiswa dapat mengetahui gejala klinis servicitis
4. Mahasiswa dapat mengetahui penegakan diagnose servicitis
5. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan servicitis
D. Manfaat
Sebagai mahasiswa kebidanan, kita memiliki gambaran dan pengetahuan tentang servicitis dan bagaimana asuhannyaBAB II
Dewasa ini kasus penyakit IMS ( Infeksi Menular Seksual ) tertinggi yaitu, infeksi bakteri vaginosis yang mencapai 80%. Sementara, lainnya sebanyak 20% adalah servicitis, condyloma dan HIV/AIDS (menurut sumber: www.wawasandigital.com). Servicitis merupakan penyakit menular seksual yang biasanya disebabkan Chlamidia trachomatis atau Ureaplasma urelyticum (pada laki-laki), tetapi kadang-kadang disebabkan oleh Trikomonas vaginalis atau virus Herpes simplek.
Jika tidak segera ditangani, penyakit ini dapat menjadi lebih parah sehingga sulit dibedakan dengan karsinoma servicitis uteri dalam tingkat permulaan. Oleh sebab sebelum dilakukan pengobatan, perlu pemeriksaan aousan menurut Papanicolaou yang jika perlu diikuti oleh biopsy, untuk kepastian tidak ada karsinoma. Oleh karena itu, penulis menyusun makalah ini dengan harapan dapat menjelaskan berbagai hal mengenai servicitis sehingga pada akhirnya pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang penyakit ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan di angkat pada makalah ini adalah apa pengertian dari Servicitis dan bagaimana asuhannya
C. Tujuan
Selain demi memenuhi tugas mata kuliah Askeb IV. Tujuannya agar :
1. Mahasiswa dapat mengerti dan menjelaskan tentang definisi servicitis
2. Mahasiswa dapat mengerti tentang patofisiologis servicitis
3. Mahasiswa dapat mengetahui gejala klinis servicitis
4. Mahasiswa dapat mengetahui penegakan diagnose servicitis
5. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan servicitis
D. Manfaat
Sebagai mahasiswa kebidanan, kita memiliki gambaran dan pengetahuan tentang servicitis dan bagaimana asuhannyaBAB II
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN
Cervicitis ialah radang dari selaput lendir canalis cervicalis. Karena
epitel selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris
maka mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina. (Sarwono,
2008). Pada
seorang multipara dalam keadaan normal canalis cervikalis bebas kuman, pada
seorang multipara dengan ostium uteri eksternum sudah lebih terbuka, batas atas
dari daerah bebas kuman ostium uteri internum.
Walaupun begitu canalis cervicalis terlindung dari infeksi oleh adanya
lendir yang kental yang merupakan barier terhadap kuman-kuman yang ada didalam
vagina. Terjadinya cervisitis dipermudah oleh adanya robekan serviks, terutama
yang menimbulkan ectropion. (Sarwono, 2008)
B. KLASIFIKASI
1.
Cervicitis Akut
Cervicities akut dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang diawali di endocerviks dan ditemukan pada gonorrhoe, dan pada infeksi post-abortum atau post-partum yang disebabkan oleh Streptoccocus, Stafilococcus, dan lain-lain. Dalam hal ini, serviks memerah dan bengkak dengan mengeluarkan cairan mukopurulent. Akan tetapi, gejala-gejala pada serviks biasanya tidak seberapa tampak di tengah gejala-gejala lain dari infeksi yang bersangkutan.
Pengobatan dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau menjadi cervicitis kronis.
Cervicitis akut sering terjadi dan dicirikan dengan eritema, pembengkakan, sebukan neutrofil, dan ulserasi epitel fokal. Endocerviks lebih sering terserang dibandingkan ektocerviks.
Cervicitis akut biasanya merupakan infeksi yang ditularkan secara seksual, umumnya oleh Gonoccocus, Chlamydia trachomatis, Candida albicans, Trichomonas vaginalis, dan Herpes simpleks. Agen yang ditularkan secara non-seksual, seperti E. Coli dan Stafilococcus dapat pula diisolasi dari cerviks yang meradang akut, tetapi perannya tidak jelas. Cervicitis akut juga terjadi setelah melahirkan dan pembedahan.
Secara klinis, terdapat secret vagina purulen dan rasa nyeri. Beratnya gejala tidak terkait erat dengan derajat peradangan.
Cervicities akut dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang diawali di endocerviks dan ditemukan pada gonorrhoe, dan pada infeksi post-abortum atau post-partum yang disebabkan oleh Streptoccocus, Stafilococcus, dan lain-lain. Dalam hal ini, serviks memerah dan bengkak dengan mengeluarkan cairan mukopurulent. Akan tetapi, gejala-gejala pada serviks biasanya tidak seberapa tampak di tengah gejala-gejala lain dari infeksi yang bersangkutan.
Pengobatan dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau menjadi cervicitis kronis.
Cervicitis akut sering terjadi dan dicirikan dengan eritema, pembengkakan, sebukan neutrofil, dan ulserasi epitel fokal. Endocerviks lebih sering terserang dibandingkan ektocerviks.
Cervicitis akut biasanya merupakan infeksi yang ditularkan secara seksual, umumnya oleh Gonoccocus, Chlamydia trachomatis, Candida albicans, Trichomonas vaginalis, dan Herpes simpleks. Agen yang ditularkan secara non-seksual, seperti E. Coli dan Stafilococcus dapat pula diisolasi dari cerviks yang meradang akut, tetapi perannya tidak jelas. Cervicitis akut juga terjadi setelah melahirkan dan pembedahan.
Secara klinis, terdapat secret vagina purulen dan rasa nyeri. Beratnya gejala tidak terkait erat dengan derajat peradangan.
2.
Cervicitis Kronis
Penyakit ini dijumpai pada wanita yang pernah melahirkan. Luka-luka kecil atau besar pada serviks karena partus abortus memudahkan masuknya kuman-kuman ke dalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan :
Penyakit ini dijumpai pada wanita yang pernah melahirkan. Luka-luka kecil atau besar pada serviks karena partus abortus memudahkan masuknya kuman-kuman ke dalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan :
a.
Serviks kelihatan normal; hanya
pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi leukosit dalam stroma
endoserviks. Cervicitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran
secret yang agak putih-kuning.
b.
Disini pada portio uteri sekitar
ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan yang tidak dipisahkan
secara jelas dari epitel portio disekitarnya, secret yang ditularkan terdiri
atas mucus bercampur nanah.
c.
Sobekan pada serviks uteri disini
lebih luas dan mukosa endosekviks lebih kelihatan dari luar. Mukosa dalam
keadaan demikian mudah kena infeksi dari vagina. Karena radang menahun, serviks
bisa menjadi hipertrofis dan mengeras ; secret mukopurulen bertambah pendek.
Pada proses penyembuhan, epitel tatah dari bagian vaginal portio uteri dengan
tanda-tanda metaplasia mendesak epitel torak, tumbuh kedalam stroma dibawah
epitel dan menutup saluran kelenjar-kelenjar, sehingga terjadi kista kecil
berisi cairan yang kadang-kadang keruh. Limfosit, sel plasma, dan histiosit
terdapat dalam jumlah sedang didalam serviks semua wanita. Oleh karena itu,
cervisitis kronis sulit ditentukan secara patologis keberadaan kelainan serviks
yang dapat dideteksi seperti granularitas dan penebalan seiring dengan
meningkatnya jumlah sel radang kronis didalam specimen biopsy dianggap penting
untuk memastikan diagnosis cervisitis kronis.
Cervisitis kronis paling sering terlihat pada ostium eksternal dan canalis endoserviks. Hal tersebut dapat terkait dengan stenosis fibrosa saluran kelenjar, yang menyebabkan kista retensi (nabothian). Bila terdapat folikel limfoid pada pemeriksaan mikroskopik, istilah cervisitis folikular terkadang digunakan. Secara klinis, cervisitis kronis sering kali merupakan temuan kebetulan. Namun, cervisitis tersebut dapat menimbulkan secret vaginal, dan beberapa kasus fibrosis yang terdapat pada canalis endoserviks dapat menyebabkan stenosis, yang menimbulkan inferilitas.
Cervisitis kronis paling sering terlihat pada ostium eksternal dan canalis endoserviks. Hal tersebut dapat terkait dengan stenosis fibrosa saluran kelenjar, yang menyebabkan kista retensi (nabothian). Bila terdapat folikel limfoid pada pemeriksaan mikroskopik, istilah cervisitis folikular terkadang digunakan. Secara klinis, cervisitis kronis sering kali merupakan temuan kebetulan. Namun, cervisitis tersebut dapat menimbulkan secret vaginal, dan beberapa kasus fibrosis yang terdapat pada canalis endoserviks dapat menyebabkan stenosis, yang menimbulkan inferilitas.
C. PENYEBAB
a.
Cervicitis dapat disebabkan oleh
salah satu dari sejumlah infeksi, yang paling umum adalah klamidia
dan gonore , klamidia
dengan akuntansi untuk sekitar 40% kasus. Gonorroe, sediaan hapus dari fluor cerviks
terutama purulen.
b.
Trichomonas
vaginalis dan herpes simpleks
adalah penyebab yang kurang umum dari cervicitis.
c.
Peran Mycoplasma
genitalium dan vaginosis bakteri
dalam menyebabkan servisitis masih dalam penyelidikan.
d.
Sekunder terhadap kolpitis.
e.
Tindakan intra dilatasi dll.
f.
Alat-alat atau obat kontrasepsi.
g.
Robekan serviks terutama yang
menyebabkan ectroption/ extropin.
D.
SERVISITIS MUKOPURULEN
Servisitis
mukopurulen (MPC) ditandai oleh purulen atau mukopurulen endoserviks eksudat terlihat di kanal endoserviks atau dalam
spesimen usap endoserviks. Beberapa ahli juga mendiagnosa MPC berdasarkan
perdarahan serviks mudah diinduksi. Meskipun beberapa ahli menganggap
peningkatan jumlah polimorfonuklear sel darah putih pada
endoserviks Gram stain sebagai
berguna dalam diagnosis MPC, kriteria ini belum standar, memiliki nilai
prediktif positif rendah (PPV), dan tidak tersedia di beberapa pengaturan. MPC
sering tanpa gejala, namun beberapa wanita memiliki keputihan abnormal dan
perdarahan vagina (misalnya, setelah hubungan seksual ). MPC dapat disebabkan oleh Chlamydia trachomatis atau Neisseria gonorrhoeae , namun
dalam kebanyakan kasus organisme tidak dapat diisolasi. MPC dapat bertahan
meskipun program berulang dari terapi antimikroba. Karena kambuh atau reinfeksi
dengan C. trachomatis atau N. gonorrhoeae biasanya
tidak terjadi pada orang dengan kasus terus-menerus dari MPC, non-mikrobiologis
determinan (misalnya, peradangan di zona ektopi) mungkin terlibat.
Pasien yang
memiliki MPC harus diuji untuk C. trachomatis dan N. gonorrhoeae
dengan tes yang paling sensitif dan spesifik yang tersedia. Namun, MPC adalah
bukan prediktor sensitif infeksi dengan organisme; kebanyakan wanita yang
memiliki C. trachomatis atau N. gonorrhoeae tidak
memiliki MPC.
E. GEJALA
a.
Flour hebat biasanya kental atau
purulen dan kadang-kadang berbau.
b.
Sering menimbulkan erosi pada portio yang tampak sebagian
daerah yang merah menyala.
c.
Pada pemeriksaan inspekulo
kadang-kadang dapat dilihat flour yang purulen keluar dari kanalis
cervicalis.Kalau portio normal, tidak ada ektripion maka harus diingat gonorhoe
d.
Sekunder dapat terjadi kolpitis
dan vulvitis.
e.
Pada cervicitisyang kronis
kadang-kadang dapat dilihal bintik-bintik ini disebut ovula nabothii dan
disebabkan oleh retensi kelenjar-kelenjar cerviks karena saluran keluarnya
tertutup oleh pengisutan dari luka cerviks atau karena radang. (Sarwono, 2008)
F.
EROSIO PORTIONIS
Pada cervisitis cronika sering terdapat erosio pada permukaan portio sekitar ostium uteri eksternum. Oleh karena rangsangan luar maka epitel gepeng berlapis banyak dari porsio mati dan diganti dengan epitel silindris canalis cervicalis. Jadi sebetulnya tidak terjadi erosion dalam arti yang sebenarnya tapi pseudo-erosio walaupun lazim disebut erosio ( erosio simplex). Erosio ini nampak sebagai tempat yang merah menyala dan mudah berdarah. Jarang terjadi erosio vera dimana tempat itu tidak mempunyai epitel lagi. Orifisium uteri eksternum merupakan batas antara epitel kaanalis cervikalis dan epitel porsio. Batas ini secara fisiologis berpindah – pindah. Sebelum lahir pada janin berumur 8 bulan epitel gepeng berlapis banyak jauh masuk kedalam kanalis cervicalis. Kemudian batas pindah kebawah dan pada neonatus sering terdapat erosion congenital. Dalam masa kanak-kanak batas berpindah lagi keatas dan pada pubertas turun lagi. Pada masa reproduktif batas dapat berpindah karena adanya infeksi (cervicitis, kolpitis) sehingga terjadi erosi. Tempat erosio juga terkenal infeksidan berwarna merah menyala malahan dapat bergranulasi sehingga mudah berdarah dan menimbulkan perdarahan kontak atau metrorrhagia seperti karsinoma portionis. Pada erosio diketemukan ovula nabothii (erosio papillaris).
Pada cervisitis cronika sering terdapat erosio pada permukaan portio sekitar ostium uteri eksternum. Oleh karena rangsangan luar maka epitel gepeng berlapis banyak dari porsio mati dan diganti dengan epitel silindris canalis cervicalis. Jadi sebetulnya tidak terjadi erosion dalam arti yang sebenarnya tapi pseudo-erosio walaupun lazim disebut erosio ( erosio simplex). Erosio ini nampak sebagai tempat yang merah menyala dan mudah berdarah. Jarang terjadi erosio vera dimana tempat itu tidak mempunyai epitel lagi. Orifisium uteri eksternum merupakan batas antara epitel kaanalis cervikalis dan epitel porsio. Batas ini secara fisiologis berpindah – pindah. Sebelum lahir pada janin berumur 8 bulan epitel gepeng berlapis banyak jauh masuk kedalam kanalis cervicalis. Kemudian batas pindah kebawah dan pada neonatus sering terdapat erosion congenital. Dalam masa kanak-kanak batas berpindah lagi keatas dan pada pubertas turun lagi. Pada masa reproduktif batas dapat berpindah karena adanya infeksi (cervicitis, kolpitis) sehingga terjadi erosi. Tempat erosio juga terkenal infeksidan berwarna merah menyala malahan dapat bergranulasi sehingga mudah berdarah dan menimbulkan perdarahan kontak atau metrorrhagia seperti karsinoma portionis. Pada erosio diketemukan ovula nabothii (erosio papillaris).
G.
PATOFISIOLOGI
Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan dengan luka-luka kecil atau besra pada cerviks karena partus atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman kedalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan :
Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan dengan luka-luka kecil atau besra pada cerviks karena partus atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman kedalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan :
a.
Cerviks kelihatan normal, hanya
pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi endokopik dalam stroma
endocerviks. Cervicitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran
sekret yang agak putih kekuningan.
b.
Disini pada portio uteri sekitar
ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan yang tidak terpisah secara
jelas dan epitel portio disekitarnya, sekret dikeluarkan terdiri atas mukus
bercampur nanah.
c.
Sobekan pada cerviks uteri disini
lebih luas dan mucosa endocerviks lebih kelihatan dari luar (eksotropion).
Mukosa dalam keadaan demikian itu mudah kena infeksi dari vagina, karena radang
menahun, cerviks bisa menjadi hipertropis dan mengeras : sekret bertambah
banyak.
H.
TERAPI
a.
Antibiotika terurama kalau dapat
ditemukan gonococus dalam sekret.
b.
Kalau cerviks tidak spesifik
didapat diobati dalam argentetas netrta 10% atau Albotyl yang menyebabkan
dengan epitel slindris dengan harapan bahwa kemudian diganti dan epitel gepeng
berlapis banyak.
c.
Kauterisasi-radial dengan
termokauter, atau dengan krioterapi. Sesudah kauterisasi terjadi nekrosis,
jaringan yang meradang terlepas dalam kira-kira 2 minggu dan diganti lambatlaun
oleh jaringan yang sehat. Jika radang menahun mencapai endocerviks jauh kedalam
kanalis crevikalis, perlu dilakukan konisasi dengan mengangkat sebagian besar
mukosa endocerviks. Jika sobekan dan infeksi sangat luas, perlu dilakukan
amputasi cerviks.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Servicitis adalah radang dari selaput lendir canalis cervicalis. Karena epitel selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina.
Sebab-sebab servicitis: Gonorroe : sediaan hapus dari fluor cerviks terutama purulen, sekunder terhadap kolpitis, tindakan intra : dilatasi dll, alat-alat atau obat kontrasepsi, robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion.
Servicitis dibagi menjadi 2 yaitu: servicitis akut dan kronis.
Servicitis adalah radang dari selaput lendir canalis cervicalis. Karena epitel selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina.
Sebab-sebab servicitis: Gonorroe : sediaan hapus dari fluor cerviks terutama purulen, sekunder terhadap kolpitis, tindakan intra : dilatasi dll, alat-alat atau obat kontrasepsi, robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion.
Servicitis dibagi menjadi 2 yaitu: servicitis akut dan kronis.
B.
Saran
1.
Sebagai pencegahan terkena
penyakit servicitis dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan alat
genitalia, dengan cara membasuh genetalia dengan sabun dan air dari satu arah
yaitu dari depan kebelakang agar bakteri yang ada di anus tidak masuk pada
daerah genetalia.
2.
Tidak bergonta-ganti pasangan
dalam berhubungan seks
DAFTAR PUSTAKA
Padjajaran,Universitas. 2003. Obstetri Patologi Edisi 2. Jakarta : EGC
Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo.
Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
REFERENSI
1.
^ Workowski KA, Berman SM (Agustus 2006). "pedoman pengobatan penyakit menular seksual, 2006" MMWR
Recomm Rep 55 (RR-11):. 1-94. PMID 16888612 .
2.
^ a b Hynes NA (2008/10/30). "Hopkins-abxguide.org" . Point-of-perawatan
Teknologi Informasi. Johns Hopkins Diakses 2010-02-03.
4.
^ Mitchell, Richard Sheppard, Kumar, Vinay; Robbins,
Stanley L.; Abbas, Abul K.; Fausto, Nelson (2007) Robbins dasar patologi
(8 red.).. Saunders / Elsevier. hlm 716-8. ISBN 1-4160-2973-7 .
5.
^ Marrazzo JM, Martin DH (2007). "Manajemen wanita
dengan cervicitis". Clin. Menginfeksi. Dis 44
(Suppl 3):.. S102-10 DOI : 10.1086/511423 . PMID 17342663 .
Tags: ASKEB 4 | 0 komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar