ASKEB KB SUNTIK
Minggu, 23 Oktober 2011 | aini midwife
ASUHAN KEBIDANAN
Pada Ny.”L” Calon
Akseptor Baru
KB Suntik DEPO
PROGESTIN
Di BPS Lilis Zumrotin
Amd.Keb
Menganto-Mojowarno
jombang
Oleh:
LULUK NUR AINI MUFIDAH
NIM: 7209076
PRODI D III KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI
DARUL ‘ULUM
JOMBANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Gerakan keluarga berencana telah menjadi salah satu pilar gerakan sayang
ibu, sehingga dapat dicapai pembatasan jumlah anak, tidak terlalu tua atau muda
untuk hamil , interval kehamilan tidak terlalu pendek, menambah kesehatan
rohani dan jasmani, sehingga ibu hamil pada tingkat kesejahteraan optimal.
Sebagai pilar gerakan sayang ibu, maka pelaksanaan gerakan keluarga
berencana akan dapat menurunkan angka kematian ibu dan parinatal melalui penekanan
jumlh ibu hamil. Salah satu cara penekanan jumlah anak dan untuk mengatur
jumlah anak maka diperlukan menggunakan KB salah satu nya dengan menggunakan KB
suntik (Progestin). Sangat efektif aman dan dapat dipakai untuk semua perempuan
dalam usia reproduksi, merupakan satu alasan mengapa perempuan menggunakan KB
ini. Sekitar 34,8% dari wanita indonesia menggunakan KB suntik (1999). Ini
membuktikan bahwa KB suntik banyak diminati oleh banyak perempuan di indonesia.
1.2
Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa dapat melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny.” L ”
dengan calon akseptor KB suntik progestin
2. Tujuan khusus
a.
Diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mengimplentasikan dari teori.
b.
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data.
c.
Mahasiswa dapat melakukan identifikasi diagnosa dan masalah
d.
Mahasiswa dapat melakukan identifikasi diagnosa dan masalah potensial.
e.
Mahasiswa dapat melakukan kebutuhan segera.
f.
Mahasiswa dapat merencanakan asuhan pada pasien.
g.
Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana.
h.
Mahasiswa mampu mengevaluasi dari kegiatan tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Teori KB Suntik Depo Progestin
1.
Definisi
Suntikan Depo Progestin (DMPA) adalah suatu sintesa
progestin yang mempunyai efek
seperti progesteron asli dari tubuh wanita (UNPAD, Tehnik Keluarga Berencana,
1980 : 65)
KB
suntik adalah cara kontrasepsi yang menyuntikan suatu sintesa progestin yang mempunyai efek seperti progesteron asli dari tubuh wanita
(Manuaba, 1999).
2.
Macam
KB Suntik
Tersedia
2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu :
a.
Depo
Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap 12 minggu dengan cara disuntik IM dalam.
b.
Depo Noretisteron Enantat (Depo noristerat) yang
mengandung 200 mg
noretindrone enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intra
muskular.
3.
Mekanisme
kerja
a.
Mencegah
pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum
b.
Mengentalkan
lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma.
c.
Menjadikan
selaput lendir tipis dan atropi.
d.
Menghambat
transportasi gamet oleh tuba.
e.
Mengubah
suasana endometrium, sehingga tidak sempurna untuk implementasi hasil konsepsi.
4.
Efektivitas
Kedua
kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas yang tinggi, dengan 0,3
kehamilan per 100 perempuan / tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara
teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.
5.
Keuntungan
a.
Sangat
efektif
b.
Pencegahan
kehamilan jangka panjang
c.
Tidak
berpengaruh pada hubungan suami istri
d.
Tidak
mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung
dan gangguan pembekuan darah
e. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
f.
Sedikit
efek samping
g.
Klien
tidak perlu menyimpan obat suntik.
h.
Dapat
digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai premenopause
i.
Membantu
mencegah kanker endometrium dan KET
j. Menurunkan terjadinya penyakit jinak
payudara
k.
Mencegah
beberapa penyebab penyakit radang panggul
l.
Menurunkan
krisis anemia bulan sabit (sickle cell)
m.
Pemberiannya
sederhan setiap 8 – 12 minggu
n.
Pengawasan
medis yang ringan
o.
Dapat
dipakai – diberikan pasca persalianan, pasca keguguran atau pasca menstruasi
p. Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan
tumbuh kembang bayi
q.
Suntikan
KB cyclofem diberikan setiap bulan dan peserta KB akan mendapatkan menstruasi
6.
Keterbatasan
/ Kerugian
a. Sering ditemukan gangguan haid seperti
- Siklus haid yang memendek atau memanjang
- Perdarahan yang banyak
- Perdarahan tidak teratur atau perdarahan
bercak (spotting)
- Tidak haid sama sekali
b.
Klien
sangat tergantung pada tempat sarana kesehatan
c.
Tidak
dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut
d.
Permasalahan
berat badan merupakan efek samping tersering
e.
Tidak
menjamin perlindungan terhadap penularan IMS dan infeksi virus HIV
f.
Terlambatnya
kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
g.
Terlambatnya
kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan / kelainan pada organ
genetalia, melainkan karena habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya
(tempat suntikan)
h. Pada gangguan jangka panjang dapat sedikit
menurunkan kepadatan tulang (densitas)
i. Pada penggunaan jangka panjang dapat
menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang),
sakit kepala, jerawat
7.
Yang
dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
a.
Usia
reproduksi
b.
Nulipara
dan yang telah memiliki anak
c.
Menghendaki
kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi
d.
Menyusui
dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
e.
Setelah
melahirkan dan tidak menyusui
f.
Setelah
abortus atau keguguran
g.
Telah
banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi
h.
Perokok
i.
Tekanan
darah < 80 / 110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia
bulan sabit
j.
Menggunakan
obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberculosis
(rifamfisin)
k.
Tidak
dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen
l. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
m.
Anemia
defisiensi besi
n.
Mendekati
usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi
kombinasi
8.
Yang
tidak boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
a.
Hamil
atau dicurigai hamil (resiko cacat 7 per 100.000 kelahiran)
b.
Perdarahan
pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c.
Tidak
dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorhe
d.
Menderita
kanker payudara atau riwayat kanker payudara
e.
Diabetes
melitus disertai komplikasi
9.
Waktu
mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
a.
Setiap
saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil
b.
Mulai
hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
c.
Pada
ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan saja
ibu tersebut tidak hamil. Dan selama 7 hari setelah penyuntikan tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
d.
Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin
mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi
hormonal sebelumnya secara benar dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama
dapat segera diberikan
e.
Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain
dan ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi,
kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi
suntikan yang sebelumnya.
f.
Ibu
yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya dengan
kontrasepsi hormonal, suntikan pertama dapat diberikan segera, asal ibu tidak
hamil. Bila ibu disuntik setelah hari ke 7 haid, ibu tidak boleh melakukan
hubungan seksual selama 7 hari setelah penyuntikan
g.
Ibu
tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama dapat
diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil dan selama 7 hari
setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
h.
Ibu
ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama dapt
diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid, atau dapat diberikan
setiap saat setelahhari ke-7 siklus haid, asal saja yakin ibu tersebut tidak
hamil.
10.
Jadwal
waktu suntikan berikutnya dipertimbangan dengan pedoman
1.
Depovera : interval 12 minggu
2.
Cyclofem : interval 4 minggu
Dengan
pedoman tersebut peserta KB dapat memperhatikan kedatangan dengan tenggang
waktu yang cukup jelas. Suntikan KB cyclofem merupakan suntikan KB masa depan,
karena mempunya keuntungan :
1.
Diberikan
setiap 4 minggu
2.
Peserta
suntikan cyclofem mendapat menstruasi
3.
Pemberian
aman, efektif, relatif mudah
11.
Cara
Penggunaan Kontrasepsi Suntikan Progestine
a.
Diberikan
setiap 12 minggu dengan cara disuntik IM didaerah pantat. Apabila suntikan
diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan melambat dan
tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari. Pemberian
kontrasepsi suntikan noristerat untuk 3 injeksi berikutnya diberikan setiap 8
minggu mulai dengan injeksi kelima diberikan setiap 12 minggu
b.
Bersihkan
kulit yang akan disuntik dengan kapas yang dibasahi alkohol 60 – 90 % biarkan
kering, setelah kering disuntik
c.
Kocok
dengan baik dan hindarkan gelembung-gelembung udara, bila terdapat endapan
putih pada dasar ampul, upayakan menghilangkannya dengan menghangatkan
12.
Informasi
yang perlu Disampaikan
a.
Kontrasepsi
suntik dapat menimbulkan gangguan (amenorhe), bersifat sementara dan sedikit
mengganggu kesehatan
b.
Dapat
terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit kepala, nyeri
payudara dan efek tersebut tidak berbahaya dan cepat hilang
c.
Kembalinya
kesuburan terlambat, perlu untuk ibu muda yang ingin menunda kehamilan
d.
Bila
kien tidak kembali pada jadwal yang ditentukan suntikan dapat diberikan 2
minggu sebelum jadwal. Dapat juga suntikan diberikan 2 minggu setelah jadwal
ditentukan asal saja tidak terjadi kehamilan. Klien tidak dibenarkan melakukan
hubungan Seksual selama 7 hari atau menggunakan metode
kontrasepsi lainnya selam 7 hari. Bila perlu dapat juga menggunakan kontrasepsi
darurat.
e.
Bila
klien ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan yang lain, maka injeksi
diberikan sesuai jadwal suntikan dari kontrasepsi hormonal sebelumnya
f.
Setelah
suntikan dihentikan, hamil tidak segera datang dan kembali umumnya setelah 6 bulan. Tapi bila setelah 3 – 6
bulan tidak haid, klien harus ke
dokter atau tempat pelayanan kesehatan untuk dicari penyebabnya
g.
Bila
klien lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera diberikan asal saja diyakini
ibu tersebut tidak hamil
13.
Peringatan
bagi Pemakai Kontrasepsi Suntikan Progestine
a.
Setiap
terlambat harus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan
b.
Nyeri
abdomen bagian bawah yang berat mungkin gejala kehamilan ektopik terganggu
c.
Timbulnya
abses atau perdarahan tempat injeksi
d.
Sakit
kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat atau kaburnya penglihatan
e.
Perdarahan
berat yang 2 x lebih panjang di masa haid atau 2 x lebih banyak dalam satu
periode masa haid
Bila terjadi hal-hal yang disebutkan diatas hubungi segera
tenaga kesehatan/klinik. Beberapa penyakit yang sebaliknya jangan menggunkaan
kontrasepsi suntikan yaitu panyakit hati akut (virus), penyakit jantung, dan
stoke.
14.
Beberapa efek samping yang sering dijumpai dan penanganannya yaitu :
Efek Samping
|
Penanganan
|
v Amenorea (tidak
terjadi perdarahan/spoting )
v Perdarahan /
perdarahan bercak
v Meningkatnya /
menurunnya berat badan
|
-
Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu. Jelaskan bahwa darah
haid tidak terkumpul dalam rahim, nasehati untuk kembali ke klinik
-
Bila telah terjadi kehamilan, rujuk klien. Hentikan penyumtikan
-
Bila terjadi kehamilan ektopik rujuk klien segera
-
Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan perdarahan karena
tidak akan berhasil. Tunggu 3-6 bulan kemudian, bila tidak terjadi perdarahan
juga, rujuk ke klinik.
-
Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi hal ini
bukanlah masalah serius dan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Bila klien
tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan ingin malanjutkan suntikan maka
disarankan 2 pilihan pengobatan yaitu :
→ 1 siklus pil
kontrasepsi kombinasi (30-35 mg etinilestradiol), ibu profen (sampai 800 mg,
3x perhari untuk 5 hari) atau obat sejenis lain. Jelaskan bahwa selesai
pemberian pil kontrasepsi kombinasi dapat terjadi perdarahan. Bila terjadi
perdarahan banyak selama pemberian suntikan ditangani dengan pemberian 2
tablet pil kontrasepsi /hari selama 3-7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus pil
kontrasepsi hormonal atau diberikan 50 mg
etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari
-
Informasikan bahwa kenaikan / penurunan berat badan sebanyak 1-2 kg
dapat saja terjadi, perhatikan diet klien bila perubahan berat badan terlalu
mencolok bila berat badan berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode
kontrasepsi lain.
|
BAB III
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB
Suntik
Varney (1997) menjelaskan bahwa proses managemen
merupakan proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat – bidan pada
awal tahun 1970-an. Proses ini memperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian,
pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik
bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses ini menguraikan bagaimana
perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan. Proses managemen ini bukan hanya
terdiri dari 7 langkah yang berurutan, dimana setiap langkah disempurnakan
secara periodik. Ke-7 langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang
dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Ke-7 langkah tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Pengkajian
Merupakan langkah awal untuk mendapatkan data
tentang keadaan ibu melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
dan data-data tersebut diklasifikasikan sebagai data subyektif, obyektif dan
data penunjang.
A.
Data
Subyektif
Adalah data yang didapat dari hasil wawancara
langsung kepada klien dan keluarga dan tim kesehatan lain.
Data ini dapat berupa :
1.
Biodata
Berisi tentang identitas klien dan suami yang
meliputi nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat, status
nikah (nikah ke, umur nikah, lama nikah). Dari biodata yang dikaji diharapkan dapat
memberikan gambaran tentang faktor resiko. Keadaan sosial ekonomi dan
pendidikan klien atau keluarga yang mempengaruhi kondisi klien.
2.
Keluhan
utama
Ditanyakan apa yang dirasakan sekarang sehingga
klien datang ke klinik atau petugas kesehatan.
3.
Riwayat
kebidanan / obstetri
a.
Riwayat
haid
Terdiri dari menarche, siklus haid, haid teratur /
tidak, lama haid, keluhan haid, HPHT adakah flour albus, bagaimana warna, bau,
konsistensinya, kapan keputihan muncul, gatal / tidak.
b.
Riwayat
kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Nikah ke berapa, hamil ke berapa, pernah melakukan
persalinan jenis apa (normal / tidak), adakah penyulit persalinan, penolong
siapa, BBL, PB, jenis kelaminnya apa, adakah kelainan nifas, perdarahan,
laktasi, bayi sekarang umur berapa, hidup / tidak.
4.
Riwayat
kesehatan
a.
Riwayat
kesehatan sekarang
Apakah klien sedang menderita struma, gangguan
hati, hipertensi, jantung, tumor, asma, migrain, DM, haid terlalu lama /
berlebihan.
b.
Riwayat
kesehatan yang lalu
Penyakit berat apa yang pernah diderita klien
(struma, gangguan hati, HT, jantung, DM, asma, migrain menometrorogia).
c.
Riwayat
kesehatan keluarga
Apakah ada dalam keluarganya yang menderita
penyakit menular, menurun, maupun berpenyakit menahun.
5.
Riwayat
KB
Jenis kontrasepsi yang pernah digunakan, berapa
lama, efek samping yang dialami, alasan ganti atau berhenti.
6.
Riwayat
ginekologi
Pengalaman yang berhubungan dengan penyakit
kandungan, infentilitas, penyakit kelamin, tumor atau kanker, sistem reproduksi,
operasi ginekologis.
7.
Riwayat
psikososial
Bagaimana keadaan psikis klien atau akseptor KB
saat ini, bagaimana hubungan antara klien dengan suami, keluarga dan
tetangganya, bagaimana respon klien terhadap petugas, keyakinan apa yang dianut
klien.
8.
Latar
belakang sosial budaya
Kebiasaan yang dilakukan di lingkungan klien dan
keluarga baik yang bersifat menunjang maupun menghambat. Jumlah anggota
keluarga, siapa penentu keputusan dalam keluarga, dukungan moril dan materiil
keluarga, pandangan dan penerimaan keluarga terhadap KB.
9.
Pola
kehidupan sehari-hari
Berisi tentang :
a.
Pola
nutrisi
Hal yang ditanyakan : bagaimana nafsu makan,
berapa kali makannya dalam sehari, bagaimana komposisinya, berapa banyak jumlah
minumnya, apa saja menunya.
b.
Pola
aktivitas
Apa saja kegiatan klien sehari-hari. Bila klien bekerja mulai jam berapa,
dimana, berapa lama.
c.
Pola
istirahat
Bagaimana pola tidurnya, berapa lama tidur tiap
hari, waktu, tidur apakah ada gangguan tidur.
d.
Pola
eliminasi
Bagaimana BAK dan BAB, ada keluhan apa tidak, ada
perubahan atau tidak, lancar / tidak, berapa frekuensi dalam sehari, bagaimana
warna urine, warna tinja, konsistensi, ada darah / tidak.
e.
Pola
personal hygiene
Berapa lama ibu mandi, gosok gigi, cuci rambut,
ganti pakaian dalam dan luar / hari.
f.
Pola
seksualitas
Hal yang perlu ditanyakan adalah sebatas frekuensi
hubungan seksual.
B.
Data
Obyektif
Data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik yang terdiri dari
inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi terdiri dari :
1.
Keadaan
umum
Bagaimana kesadarannya, berapa berat badannya dan
tinggi badannya.
2.
Tanda-tanda
vital
Tekanan darah : 100/70 - < 140/90 mmHg
(normal)
Nadi : 76 – 92 x/mnt.
Pernafasan : 16 – 24 x/mnt.
3.
Pemeriksaan
fisik
a.
Inspeksi : Proses observasi pandang dengan menggunakan mata untuk mendeteksi
tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan status fisik.
Kepala : Kulit kepala rambut bersih / tidak.
Muka : Pucat / tidak, oedem / tidak.
Mata : Bentuk, conjuntiva pucat / tidak, sklera
ikterus / tidak.
Hidung : Kebersihan, adakah pernafasan cuping hidung,
ada polip / tidak.
Mulut : Bentuk, ada stomatitis / tidak, caries gigi /
tidak.
Telinga : Bentuk ada serumen / tidak.
Leher : Ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena
jugularis / tidak.
Ketiak : Adakah benjolan.
Dada : Keadaan mamae, adakah ronchi / wheezing.
Perut : Bentuk, adakah bekas operasi, adakah
pembesaran.
Genetalia Ekstrena : Kebersihan, pengeluaran pervaginam, adakah
varises, kandiloma akuminata, kandiloma matalata.
Ekstremitas : Simetris / tidak,
adakah varises, oedem.
b.
Palpasi : Pemeriksaan raba atau sentuhan untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ.
Kepala : Adakah benjolan karena adanya tumor atau
benjolan karena trauma.
Leher : Adakah pembesaran kelenjar tyroid dan vena
jugularis.
Ketiak : Adakah pembesaran kelenjar limfe.
Payudara : Benjolan, adakah nyeri tekan.
Perut : Benjolan, nyeri tekan.
Ekstremitas : Adakah oedem.
c.
Auskultasi / pemeriksaan dengar
Dada : Adakah ronchi
Perut : Bising usus hiper/hipo
peristaltik
d.
Perkusi
Reflek patela : +/+ , -/-
2. Identifikasi Diagnosa Masalah dan Kebutuhan
Langkah kedua merupakan pengembangan mengenai
masalah dari interprestasi data besar ke dalam identifikasi yang spesifik
mengenai masalah atau diagnosa. Beberapa masalah tidak dapat diidentifikasi
sebagai diagnosa, akan tetapi membutuhkan suatu rencana yang komprehensif untuk
klien dari diagnosa yang telah ditetapkan dengan berfokus pada apa yang
dikemukakan oleh klien secara individu.
3. Identifikasi Masalah Potensial
Masalah potensial yang mungkin terjadi berdasar
pada data yang menunjang.
4. Identifikasi Kebutuhan Segera
Kebutuhan yang benar-benar harus segera dipenuhi
yang dapat mengancam jiwa.
5. Intervensi
Dx : Ny. ”L” P20002 Calon Akseptor baru KB Suntik Depo Progestin.
Tujuan : Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan pada
akseptor kontrasepsi suntik depo progestin dalam waktu 20 menit, diharapkan ibu
merasa puas dan lega, dengan kriteria hasil.
-
KU
baik
-
TTV
dalam batas normal
-
Penyuntikan
berjalan lancar
-
Tidak
terjadi komplikasi setelah dilakukan penyuntikan
Intervensi :
1.
Lakukan
komunikasi terapeutik dengan klien
R/ : Menciptakan suasana yang harmonis dan ibu
lebih kooperatif dalam setiap tindakan yang akan dilakukan.
2.
Lakukan
pemeriksaan TTV
R/ : Merupakan parameter adanya kelainan pada tubuh.
3.
Persiapan
alat-alat yang diperlukan dalam memberikan pelayanan kontrasepsi
R/ : Persiapan lingkungan yang tepat diharapkan privacy pasien dapat terjadi.
4.
Persiapan
lingkungan
R/ : Memperlancar proses pemasangan
5.
Persiapan
pasien
R/ : Memudahkan petugas dalam melakukan tindakan.
6.
Persiapan
petugas
R/ : Menunjang kelancaran penyuntikan.
7.
Lakukan
penyuntikan sesuai dengan teknik penyuntikan
R/ : Kontrasepsi suntikan dapat segera bekerja
dengan efektif.
8.
Bereskan
alat-alat yang sudah dipakai sesuai dengan teknik PI
R/ : Membunuh microorganisme sehingga mencegah
terjadinya penularan penyakit.
9.
Lakukan
pencatatan
R/ : Pencatatan sebagai alat komunikasi antara px
dan petugas.
6. Implementasi
Implementasi yang komprehensif merupakan
pengeluaran dan perwujudan dari rencana yang telah disusun pada tahap-tahap
perencanaan. Pelaksanaan dapat terealisasi dengan baik apabila diterapkan
berdasarkan hakikat masalah jenis tindakan atau pelaksanaan, bisa dikerjakan
oleh bidan sendiri, klien, kolaborasi sesama tim atau kesehatan lain dan
rujukan dan profesi lain.
7. Evaluasi
Adalah seperangkat tindakan yang saling
berhubungan untuk mengukur pelaksanaan serta didasarkan atas tujuan dan
kriteria guna mengevaluasi dan menilai kemampuan dalam memberi asuhan
kebidanan, menilai efektivitas dari Asuhan Kebidanan. Dalam mengevaluasi
menggunakan format SOAP, yaitu :
S : Data yang diperoleh dari wawancara langsung.
O : Data yang diperoleh dari hasil observasi dan
pemeriksaan.
A : Pernyataan yang terjadi atas data subyektif
dan obyektif.
P : Perencanaan yang ditentukan sesuai dengan
masalah.
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
Pada Ny.”L” Calon Akseptor baru KB suntik DEPO
PROGESTIN
Di BPS Lilis
Zumrotin, Amd.Keb
I.
Pengkajian
Tanggal : 11 Mei 2011
Jam : 19.30 WIB
Tempat : BPS Lilis Zumrotin,
Amd.Keb mojowarno - Jombang
A. Data Subyektif
1.
Biodata
Nama Ibu : Ny. ”L” Nam Suami : Tn. ”J”
Umur : 28 tahun Umur : 30 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Dagang-toko
Suku bangsa : Jawa – Indonesia Suku bangsa : Jawa Indonesia
Tags: kontrasepsi | 0 komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar