Stimulasi dan Nutrisi Penting untuk Bayi
Rabu, 01 Februari 2012 | aini midwife
stimulasi janin |
KEBUTUHAN stimulasi atau upaya merangsang anak untuk memperkenalkan
suatu pengetahuan ataupun keterampilan baru ternyata sangat penting
dalam peningkatan kecerdasan anak. Stimulasi pada anak dapat dimulai
sejak calon bayi berwujud janin, sebab janin bukan merupakan makhluk
yang pasif. Di dalam kandungan, janin sudah dapat bernapas, menendang,
menggeliat, bergerak, menelan, mengisap jempol, dan lainnya. Sedangkan
stimulasi utama diberikan khusus untuk anak usia 0 – 7 tahun.
Di dalam perkembangan seorang anak, stimulasi merupakan suatu
kebutuhan dasar. Stimulasi dapat berpe-ran untuk peningkatan fungsi
sensorik (dengar, raba, lihat rasa, cium), motorik (gerak kasar,
halus), emosi-sosial, bicara, kognitif, mandiri, dan kreativitas
(moral, kepemimpinan). Selain itu, stimulasi juga dapat merangsang sel
otak (sinaps). Demikian terungkap dalam diskusi dan workshop bertema
“Enfa A+ Smart System: "Perpaduan Stimulasi dan Nutrisi Menuju
Kecerdasan Optimal”, di Jakarta, pekan lalu. Diskusi ini menghadirkan
beberapa pembicara yaitu, Mayke S. Tedjasaputra (Psikolog dan Play
Therapist), Hartono Gunardi (Konsultan Tumbuh Kembang Anak RSCM), dan
Soepardi Soedibyo (Konsultan Gizi Anak RSCM).
Seorang pembicara, Hartono Gunardi, mengatakan, sel otak pada bayi
dibentuk semenjak 6 bulan masa kehamilan. Karena itu, proses stimulasi
sudah bisa dan harus dilakukan semenjak usia janin 23 minggu. Dalam
masa kehamilan, proses stimulasi bisa dilakukan dengan berbagai cara,
seperti rangsang suara (adanya efek Mozart), gerakan perabaan, bicara,
menyanyi, dan bercerita.
Menurut Hartono, semakin dini dan semakin la-ma stimulasi itu
dilakukan, maka akan semakin besar manfaatnya. Katanya, ada beberapa
tahapan kegunaan dari proses stimulasi pada bayi ketika pertama kali
dilahirkan.
Pada usia bayi 0 – 6 bulan, penyesuaian dan persepsi ibu
dapat terbentuk melalui proses stimulasi. Sedangkan, pada usia 0 – 36
bulan intelektual dan perilaku mulai terbentuk. Sementara pada usia 0 –
48 bulan, kognitif , dan 0 -96 bulan keahlian membaca dan menulis
perlu dirangsang.
“Stimulasi semenjak dini juga sangat diperlukan dalam
merangsang perkembangan otak, baik itu otak kanan maupun otak kiri,”
tambahnya.
Sementara itu, Psikolog dan Play Therapist, Mayke S Tedjasaputra,
mengatakan, respons terhadap suara dan vibrasi tampaknya dimulai pada
usia 26 minggu masa kehamilan dan meningkat sampai akhirnya menetap
pada usia 32 minggu. Ia menceritakan, ada suatu penelitian yang
meneliti tentang respons janin berusia 26 minggu yang diperdengarkan
sebuah cerita secara terus menerus oleh ibunya.
Hasilnya, kata Mayke, di usia 3 hari setelah kelahirannya, bayi
tersebut ternyata menghisap putting ibunya secara lebih aktif
dibandingkan ketika mendengar dua cerita lain yang jarang diceritakan
oleh ibunya. “Respons terhadap suara ibu pun lebih aktif bila
dibandingkan respons terhadap suara-suara orang lain,” ujarnya
melanjutkan cerita.
Menurut Mayke, usapan halus yang dilakukan di perut ibu yang sedang
mengandung juga diperlukan untuk membuat janin merasa tenang. Katanya,
bila janin banyak bergerak, seorang ibu dapat melakukan usapan lembut
pada perutnya. Tetapi, sekalipun stimulasi untuk janin diperlukan,
dalam pelaksanaannya haruslah dilakukan secara bijaksana. “Jangan
sampai orang tua terlalu bersemangat menstimulasi janinnya sehingga
lupa kebutuhan janin untuk beristirahat,” tambahnya
Dalam penjelasannya, Mayke menegaskan akan pentingnya bermain dalam
proses stimulasi yang dilakukan pada anak. Sebab, menurut Mayke bermain
adalah dunia kerja anak. “Nah dalam proses bermain inilah penyediaan
waktu orang tua untuk menjadikan sarana bermain sebagai media efektif
peningkatan kecerdasan anak sangat diperlukan,” tambahnya.
DHA-ARA
Di lain hal, Soepardi Soedibyo dalam penjelasannya, mengatakan akan
pentingnya zat asam dokosaheksaenoat (DHA) dan asam arakhidonat (ARA)
pada bayi. Menurutnya, zat DHA-ARA sangat diperlukan dalam proses
perkembangan kecerdasan bayi, baik ketika masih didalam kandungan maupun
setelah lahir.
Kandungan DHA dan ARA telah teruji secara klinis membantu
perkembangan otak dan meningkatkan ketajaman penglihatan. “Ketika
sebelum lahir, suplai zat ini diberikan oleh ibu melalui plasenta,
sedangkan setelah lahir diberikan melalui Air Susu Ibu atau ASI,”
ungkapnya. Oleh karena itu tambahnya, ASI merupakan satu hal yang
penting bagi seorang ibu untuk diberikan kepada bayi. Menurutnya, bayi
yang mendapatkan ASI, tingkat IQ atau kecerdasannya lebih baik.
Kematangan sistem imun pada bayi yang diberikan ASI juga lebih baik
daripada formula biasa. “Sebab, kandungan DHA-ARA terdapat pada ASI,
bukan pada susu sapi,” terangnya.
Soepardi menambahkan, proses pemberian ASI pada bayi yang paling
baik adalah pada masa enam bulan pertama setelah lahir. Pada masa itu,
kandungan LC-PUFA (asam lemak yang diperlukan pada saat pembentukan sel
membran, otak dan penglihatan) cukup dipenuhi kebutuhannya bagi bayi.
Bayi baru lahir tidak mampu mensintesiskan secara keseluruhan untuk
kebutuhannya, sehingga perlu mendapat AA dan DHA yang berasal dari
LC-PUFA dari ibu semasa kehamilan.
Selain berguna bagi bayi, pemberian ASI pada bayi dikatakan Soperdi
sangat memberikan keuntungan pada seorang ibu. Risiko keganasan pada
payudara, ovarium, dan uterus, maupun osteoporosis dapat dikurangi
dengan memberikan ASI pada bayi. “Keuntungan yang lain adalah
mempercepat penyembuhan sesudah melahirkan dan pengembalian berat
badan,serta alat KB alamai(MALT)” tambahnya. (YAN/E-5)
Sumber: http://www.suarapembaruan.com/
Tags: kehamilan | 0 komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar